Cerita Pendek - Harta Karun
Minggu, 03 Maret 2019
1 Komentar
Wanita tua itu cukup beruntung, Almarhum suaminya yang bekas tentara meninggalkan uang pensiunan untuk bekal masa tua. Tiap bulan dia melangkahkan kakinya menuju kantor guna mencairkan uang pensiun tersebut. Bukan hanya itu, dia juga menerima hasil dari sawah ladang yang dia miliki. Untuk ukuran masyarakat desa, kondisi ekonomi janda pahlawan itu termasuk lumayan, bahkan berlebih.
Namun, yang terkenal dari dirinya justru betapa pelitnya dia. Delapan penjuru angin tahu dia tidak hanya pelit kepada orang lain, tetapi juga pelit terhadap dirinya sendiri. Anak-anaknya tidak ada yang tamat sekolah. Sejak kecil mereka mencari hidup dijalanan sampai akhirnya mandiri. Si ibu memang kurang peduli dengan darah dagingnya sendiri. Kalau ada anaknya yang minta uang sekolah, dia akan menjawab. "Tidak ada uang..!!"
Seiring waktu, anak-anaknya beranjak dewasa dan membangun keluarga masing-masing. Namun saat mereka berkunjung ke rumah si ibu, cucu-cucu si ibu heran melihat menu makan neneknya yang terlalu sederhana, bahkan kurang memenuhi standart gizi. Baju-baju wanita tua itu juga amat usang dengan model yang sudah ketinggalan zaman.
Melihat kondisi si ibu, anak-anaknya pun menyarankan untuk memanfaatkan uang pensiunan dan hasil sawah ladang guna membeli pakaian baru dan makanan yang lebih layak.
"Tidak ada uang.!!" selalu itu jawabannya. Dia tetap hidup prihatin dengan menu hasil kebunnya dan memakai baju yang robek penuh tambalan.
Sebagian anaknya yang geram berkata, "Nanti kalau ibu kita meninggal, kita akan menemukan banyak harta karun dikamarnya itu." Anak-anaknya lalu membayangkan kamar ibu mereka dipenuhi dengan lautan rupiah, dan mungkin juga emas. Selama ini memang tak ada seseorang pun berani masuk ke kamarnya.
Suatu hari wanita tua itu tak kunjung keluar dari kamar tidurnya. Saat diintip, ternyata dia sudah terbujur kaku dengan mulut ternganga. Anak-anaknya berhamburan, tetapi tidak menangisi mayat yang terbujur. Mereka malag mengobrak-abrik isi kamar. Salah seorang anaknya lalu mengambil sebuah kunci dari dalam saku pakaian wanita tua itu. Dia lalu bergegas membuka lemari besar yang selalu tertutup rapat.
Alangkah terkejutnya mereka. Didalamnya mereka menemukan baju-baju mahal bermerek yang jumlahnya sangat banyak. Mereka pun merasa heran karena baju yang dipakai si ibu sehari-hari atau ke kenduri adalah baju yang lusuh dan itu-itu saja. Lantas buat apa koleksi baju yang sebenarnya cukup untuk membuka butik itu ?
Ternyata wanita tua itu mencari kesenangan untuk dirinya sendiri, Di dalam kamar yang terkunci rapat, dia memakai baju-baju terbaiknya. Dia senang mematut-matut diri di depan kaca, memutar-mutar badan, berlenggak-lenggok penuh gaya. Setelah puas, lemari harta karun itu dikuncinya dengan rapat. Dia kembali memakai baju-baju lusuh supaya tak ada yang meminta hartanya yang dikeluarkan untuk orang lain meski untuk anak dan cucunya sendiri.
Deangan gaya hidup yang seperti itu, dia telag menemukan kesenangan, tapi bukan kebahagiaan. Kesenangan mengoleksi baju membuatnya kehilangan kebahagiaan hidup bersama anak-anak tercintanya. Dia mendapatkan kepuasan bergaya dengan busana mahal tapi tak mencicipi indahnya berbagi. Sayang, kesenangan itu tidak bida dibawa mati.
TAMAT
Hikmah yang dapat diambil dari cerpen diatas adalah :
- Kebahagiaan diperoleh dengan berbagi, bukan dengan bersikap pelit
- Pahala kebaikanlah yang membahagiakan dunia dan akhirat
- Warisan yang paling membahagiakan adalah amal soleh

Membaca cerita ini saya jadi teringat dengan seorang wanita tua di kampung saya...
BalasHapus